Abstract:
|
Latar Belakang: Tingginya kasus tuberkulosis paru berdampak pada morbiditas dan
mortalitas pasien, dalam penatalaksanaan tuberkulosis paru di fasilitas kesehatan sudah
diimplementasikan berdasarkan pedoman nasional dengan tujuan kesesuaian pengobatan.
Oleh karena itu, diperlukan pedoman klinis terkait tuberkulosis paru melalui clinical
pathway untuk meningkatkan layanan kesehatan. Tujuan: Untuk mengetahui
keefektivitasan implementasi clinical pathway dan outcome klinis pasien tuberkulosis paru
Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kuantitatif dengan metode
pengambilan data secara retrospektif, diambil dari data rekam medis pasien sebanyak 34
data pasien rawat inap di RS Kartika Husada Setu periode Januari-Desember tahun 2023
data dikumpul menggunakan form clinical pathway. Hasil: Terdapat 34 pasien dengan jenis
kelamin laki-laki 18 pasien (52,9%), berusia >55 tahun 12 pasien (35,3%) yang pendidikan
terakhir SD dan SMA 12 pasien (35,3%) dan memiliki pekerjaan sebanyak 17 pasien (50%)
serta pasien dengan penyakit penyerta diabetes melitus (DM) sebanyak 7 pasien (20,6%).
Implementasi clinical pathway di RS Kartika Husada Setu, dari 38 indikator ada sebanyak
22 indikator (57,9%) sudah efektif dan 16 indikator (42,1%) lainnya belum efektif. Outcome
klinis pasien tuberkulosis paru menunjukkan dari 34 pasien (100%) dinyatakan belum
sembuh dengan kategori dipindah ke Fasyankes 1 sebanyak 23 pasien dan lanjut terapi
sebanyak 11 pasien. Terdapat hubungan implementasi clinical pathway terhadap
keefektivitasan clinical pathway dan outcome klinis pasien dengan uji Chi-Square
menunjukkan nilai p value sebesar 0,002 <0,05 dan 0,000 <0,05. Kesimpulan: Penelitian
ini dapat disimpulkan adanya hubungan yang signifikan antara implementasi clinical
pathway dengan efektivitas clinical pathway dan outcome klinis pasien. |